PANDAM GADANG,Pekatnews.com(22/02/2025) Masyarakat Desa Pandam Gadang Suliki Kabupaten Limapuluhkota meminta Presiden Prabowo Subianto — melalui Menteri Sosial Syaifullah Yusuf memulihkan nama dan hak Ibrahim Datuk Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan meminta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah untuk memasukkan nama perjuangan dan pahlawan Tan Malaka dalam kurikulum Sekolah Dasar, SMP dan SMA memohon Menteri Kebudayaan Fadli untuk menjadikan Rumah Gadang Tan Malaka sebagai Museum Nasional.
Itu intisari peringatan 76 tahun gugurnya Bapak Republik Indonesia dan Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia Ibrahim Datuk Tan Malaka yang berasal dari Nagari Atau Desa Pandan Gadang Kecamatan Gunuang Omeh, Limapuluh kota, dan gugur dalam memimpin perang gerilya di Kediri Jawa Timur.
“Sebagai konseptor Republik Indonesia dan ikut berperang dan mengatur strategi perang untuk Indonesia merdeka sudah seharusnya pemerintah menghormati Tan Malaka sebagai pahlawan nasional,” kata Ben Ibratama Tanur pria kelahiran Padang jopang, Kabupaten Limapuluhkota — Ben masih cicit Sjech Abbas Abdullah salah satu ulama kharismatik yang mengembangkan Syariat Islam di Minangkabau.
Ben Tanur mengingatkan Tan Malaka bukan seorang komunis. Tapi hanya menjadikan paham Marxisme sebagai alat untuk melawan kolonialisme dan kapitalisme serta imperialisme yang mencengkram negara terjajah waktu itu seperti Hindia Belanda atau Nusantara.
“Menurut saya beliau seorang Nasionalis tulen dan pemeluk agama Islam yang taat. Marxisme sebagai pisau analisis untuk melakukan revolusi. Benda itu komunis itu hanya alat,” kata Ben
“Mister Muhammad Yamin menulis Tan Malaka Bapak Republik karena memang Tan Malaka orang pertama yang mencetuskan bahwa bangsa Indonesia kelak akan mendirikan sebuah negara bernama Indonesia. 20 tahun sebelum Indonesia merdeka 1945 tepatnya di Canton menulis sebuah buku Menuju Republik Indonesia (Naar De Republik Indonesia).
“Buku ini menjadi inspirasi pra pejuang kemerdekaan untuk kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda salah’ satunya Soekarno,” kata Ben Ibratama Tanur.
Akibat cita-citanya mendirikan sebuah negara itu negara barat atau kolonialisme berang dan mencari Tan Malaka untuk ditangkap hidup atau mati. Bukan hanya Belanda. Tapi juga Inggris, Spanyol, Amerika Serikat juga memburu Tan Malaka untuk ditangkap. Akibatnya Tan Malaka menyamar dengan menggunakan 23 nama samaran.
“Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional Tan Malaka tidak pernah dicabut pemerintah. Di zaman Soeharto nama Tan Malaka memang sengaja ditenggelamkan dengan berbagai fitnah. Gara-gara ulah PKI tahun 1965 semua aliran berbau sosialisme di bungkam. dan di persalahkan Padahal tak ada Tan Malaka dengan komunisme,” kata Ben Ibratama Tanur.
Tan Malaka Institute dan Partai Murba (Proletariat Indonesian Party) dan Yayasan Ibratama (Ibrahim Tan Malaka) yang menginisiasi acara ini meminta pemerintah segera memulihkan nama memenuhi hak Ibrahim Datuk Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia ”
“Surat Keputusan resmi Presiden Republik Indonesia Soekarno Nomor 53 Tahun 1963 tanggal 28 Maret 1963,” tidak pernah dicabut pemerintah sampai sekarang,” kata Ben Tanur pendiri Tan Malaka Institute (Pusat Kajian perjuangan dan pemikiran politik Tan Malaka)
“Ini kami sebut Deklarasi Pandam Gadang,” kata Prof Anul Zufri SH MH selaku Ketua panitia Peringatan 76 tahun gugurnya Bapak Republik dan Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Acara yang dipandu Budi Febriadi, seorang Tokoh Masyarakat Luak 50 dan pendiri Sakolah Lapau berlangsung khidmat walaupun ditengah gerimis, di halaman museum Rumah Gadang Ibrahim Dt. Tan Malaka, Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Jum’at siang, 21 Februari 2025.
Hadir pada peringatan gugurnya Bapak Republik Indonesia, Tan Malaka yang ke 76 tahun ini. Ben Ibratama Tanur pendiri Tan Malaka Institut, Ferizal Ridwan Mantan Wakil Bupati Limapuluh Kota, Sunggul Hamonangan Sirait aktivis 98, Praktisi Hukum dan Fungsionaris Partai Murba, Khairul Apit, politisi dan Mantan Anggota DPRD Limapuluh Kota, Owner Denai TV, Eko Cahyadi, Wali Nagari Pandam Gadang Devi Surya beserta perangkat, Da Indra, ahli waris Dt. Tan Malaka, Ketua Panitia Haul Tan Malaka, Prof. DR. Anul Zufri, SH, Phd dan para tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, pendiri Tan Malaka Institut Ben Ibratama Tanur menyampaikan bahwa, sosok Tan Malaka dan pemikirannya tidak akan pernah hilang sepanjang massa. “Sekarang Gen milenial saja Gen Z mulai mencari dan coba memahami Tan Malaka. Tan Malaka dikenal sebagai seorang filsuf pejuang, penulis, dan pemikir yang memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nagari Pandam Gadang sebuah nagari terpencil di pelosok Limapuluh Kota, Sumatera Barat pada 12 Juni 1894, telah melahirkan seorang pemimpin bangsa, yang nama dan pikirannya menggetarkan dunia, disegani kawan maupun lawan.
“Kenapa bapak saya Alm, Tanur Tunus Datuak Lenggang Maradjo memberi saya nama saya Ibratama (Ibrahim Tan Malaka). Ben Tanur itu nama yang saya tambahkan sendiri. Kenapa Ibratama? karena beliau pengagum berat Tan Malaka akibatnya saya lebih 35 tahun saya berjuang mempelajari sosok pikiran dan perjuangan politik Tan Malaka. Saya Ikut Partai Murba 1999, jadi anggota Panitia Pemilihan Indonesia Pemilu 1999 dan mendirikan Tan Malaka Institute. Baik dari segi perjuangan dan pemikiran politik beliau guru kita,” ujar Chief Eksekutif Officer jaringan Media Online KABARPOLISI MEDIA GROUP.

Ben Tanur menambahkan: Dan ayah saya almarhum tahun 1963 ikut menginisiasi Jalan Tan Malaka dengan panjang lebih 40 KM dari Payakumbuh sampai perbatasan Bonjol Kabupaten Pasaman. Padahal ayah saya seorang syarikat Islam tapi begitu peduli dan kagum dengan Tan Malaka Ayah sempat menemui Mentri perdagangan Adam Malik, Chairul Saleh Waperdam dan Ketua Umum Partai Murba Sukarni Kartodiwirjo di Jakarta
Sementara itu, mantan Wakil Bupati Liko Ferizal Ridwan menambahkan, kami akan menyampaikan lima hal kekinian tentang Tan Malaka yang belum tuntas.
1. Tentang tuduhan bahwa Tan Malaka komunis, ini tuduhan yang tidak berdasar, dan masih banyak masyarakat yang alergi tentang Tan Malaka. Untuk itu kita akan mengklarifikasi tuduhan tersebut yang telah berurat berakar, kita akan terus perjuangkan pembersihan nama Tan Malaka termasuk ke pemerintah.
2. Tentang gelar kepahlawanan Tan Malaka, menurut kepres RI no 53 tahun 1963 tentang Tan Malaka belum pernah dicabut, jadi sampai saat ini Tan Malaka masih pahlawan Kemerdekaan Indonesia
3. Tentang makam Tan Malaka, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harry Puzle, dan setelah dilakukan tes DNA tahun 2007 dan memang yang dikubur di Selopagung, Kediri adalah Tan Malaka.
4. Terkait warisan dari Tan Malaka yang jadi persoalan sekarang adalah, kalau di Ranah Minang warisan itu mengacu ke ibu sementara di dunia warisan itu mengacu ke garis bapak.
5. Sementara warisan pemikiran Tan Malaka sekarang lagi kita perjuangkan untuk masuk kurikulum pendidikan nasional. Sekarang Rumah Gadang Dt. Tan Malaka sudah kita jadikan museum dan menjadi Cagar Budaya Nasional, dan telah diresmikan Fadli Zon yang sekarang Menteri Kebudayaan Desember 2024
Ditambahkan, Sunggul Hamonangan Sirait, saya adalah orang Batak dan kristiani dn bercerita tentang Tan Malaka di Ranah Minang, ”
*Hal ini terpicu setelah saya menelusuri biografi Adam Malik yang merupakan keluarga besar kami,” kata lawyer papan atas di Jakarta ini.
Menurut Sunggul Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia
pemikiran Adam Malik sangat relevan dengan pemikiran Tan Malaka.
” Saya orang Batak kristiani pula. Berada di Ranah Minang. Akhirnya saya tahu bahwasanya Adam Malik adalah murid dari Datuk Tan Malaka. Buku Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia) yang diterbitkan pada tahun 1925 adalah warisan spektakuler dari Ranah Minang, pemikirannya telah melampaui zamannya, namun sayang penghargaan pemerintah belum maksimal terhadap Tan Malaka.
“Kita tidak akan berhenti sampai Dt.Tan Malaka dapat pengakuan penuh dari pemerintah Indonesia anak bangsa ini pertama yang mencetuskan persatuan dan kesatuan mengkesampinkan suku adat dan budaya masing masing. Hanya ada satu Republik Indonesi.pungkas aktivis 98 ini
Hal senada ditambahkan mantan Anggota DPRD Liko, Kairul Apit, disinilah tanah tumpah darah dari Bapak Republik Indonesia, Tan Malaka. Sosok Tan Malaka kita semua sudah mendengar tapi berbicara tentang pemikiran Tan Malaka ini agak sulit, apalagi tentang bukunya Naar Republik (Menuju Repoblik Indonesia 1925) ini menjadi momentum kebangkitan gerakan muda Indonesia, sehingga melahirkan Sumpah Pemuda 1928.
Penutup acara, Budi Febriadi mengatakan, Tan Malaka, sungguh pejuang proletar dan tidak mau berunding dengan penjajah, atau maling yang sedang berada di dalam rumah kami. sampai sebuah konspirasi membunuhnya.
Karena itu narasumber yang hadir dan tokoh masyarakat yang menyaksikan akan dibentuk Panitia “Pemulihan Hak Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Siapa yang peduli silahkan bergabung,” kata Tata Tanur sekretaris panitia.
“Yang jelas tim panitia akan menemui Mensos meminta hak Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah membicarakan agar nama Tan Malaka dimasukkan dalam kurikulum nasional Sekolah Dasar SMP dan SMA — sebagai pejuang dan pahlawan Nasional,” tegas Ferizal Ridwan mantan wakil Bupati Kabupaten Limapuluhkota yg juga Ketua Yayasan Ibratama (Ibrahim Tan Malaka).
“kita akan berjuang sampai ke atas untuk agenda Pemulihan nama dan Hak Tan Malaka begitu juga kurikulum dan terakhir Museum Nasional yang digagas Bapak Menteri Kebudayaan Fadli Zon,” ujar Khairul Apit mantan anggota DPRD Kabupaten Limapuluhkota dan mantan Walinagari Pandam Gadang (*)