Opini

Memberantas Pemikiran Menyimpang Benih Terorisme

 

Oleh : Sabarnuddin

(Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Padang)

Perkembangan manusia berpikir dan mendeskripsikan kebenaran semakin beragam. Hal itu bagian dari tafsiran yang bercabang yang merupakan subyektifitas pemikiran. Ragam tafisran berpikir terbagi lagi pada tafsiran agama, tafsiran budaya, tafsiran politik, tafisran pendidikan, tafsiran ekonomi dan lain sebagainya. Keberagaman tafsiran merupakan hal yang wajar justru mengimplementasikan tingginya tingkat ilmu pengetahuan hingga melahirkan para pakar dan temuan hebat. Namun, akan menjadi bumerang bila tafsiran ilmu tersebut menyimpang dari nilai kemanusiaan dan membahayakan keselamatan negara salah satunya faham terorisme.

Pada awalnya ketidakstabilan kondisi psikologis seseorang menjadi akar meluasnya pemahaman terorisme. Jaringan yang sering kali mengatasnamakan agama dalam setiap aksi yang mereka lakukan membuat pengikut yang fanatik pada tafsiran agama tersebut semakin yakin bahwa mereka menegakkan perintah tuhan. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia yang juga sebagai Tenaga Ahli Pencegahan radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme Mabes polri Islah Bahrawi menegaskan “Genealogi ideologi kekerasan berbanding lurus dengan peradaban manusia dalam segala kepentingannya selama ribuan tahun. Sejarah kemudian memberikan kita pelajaran agar praktik-praktik kekerasan itu tidak dinormalisasi oleh umat manusia menjadi suatu ideologi yang statis. Berbagai pemikiran baru yang berbasis kemanusiaan dan kedamaian harus terus digunakan agar menjadi arus utama mitigasi berkelanjutan. Dengan ini, menemui ruang yang sempit , terdesak oleh morak-etik dan akal budi yang mendominasi peradaban manusia ke depan. Disampaikan pada acara Asesmen Mental dan Ideologi Akademi Kepolisian, Semarang 10 Juni Juli 2023.

Aliran yang memomidifikasi ajaran agama atau tafsiran politik tertentu berdampak pada jatuhnya korban dari berbagai elemen masyarakat baik yang terpelajar terlebih lagi yang tidak memilki basic ilmu yang mendalam tentang terorisme. Faham ini bagaian dari bahaya laten sama hal nya seperti kanker dalam tubuh manusia yang harus dihilangkan sebab akan menjadi penyebab kematian yang utama. Benih yang menyuburkan faham terorisme ialah intoleransi, pemikiran tidak siap menerima perbedaan dan fanatik buta pada satu ajarannya. Relevansi ajaran agama akan terus berinovasi sesuai perkembangan zaman. Perbedaan dalam tafsiran agama menjadikan umat ini cerdas melihat ada maslahat untuk segala kondisi dan karakter golongan tertentu. Sebagai acuan nya tentu kembali kepada falsafah yang telah dirumuskan sejak Indonesia merdeka yakni Pancasila.

Dilansir dari Istana kepresidenan yang disampaikan oleh sekretasis Kabinet Parmono Anung berdasarkan data yang dikumpulkan PPATK terdapat tranksaksi mencurigakan yang digelontorkan untuk kelompok teror di Indonesia dengan rata-rata bernominal Rp 50 Juta dan dana itu tidak mengalir ke satu penerima saja. Ditambah lagi jaringan teroris membuat berbagai kotak amal yang tersebar diberbagai daerah dengan dalih yayasan pendidikan namun dana tersebut digunakan untuk merakit dan membiayai jaringan mereka.

Faham Agama Yang Membenci Pemerintah

Dari sekian banyak aliran agama yang mengajarkan kedamaian dan keselamatan untuk ummatnya faktanya ada beberapa aliran yang mengajarkan bahkan memerintahkan jamaahnya untuk menjadi pengikut jaringan teroris diantaranya Negara Islam Indonesia(NII), Jamaah Islamiyah, Majelis Mujahidin Indonesia, jamaah Ansharut Tauhid, Jamaah anshaut Khilafah. Semua organasisi tersebut mengerucut pada membenci bahkan mengkafirkan orang diluar kelompoknya dan menyatakan pemerintah saat ini harus dibasmi dan halal darahnya. Doktrin yang ekstrem ini sangat mengancam keberlangsungan hidup bermasyarakat karena mereka gencar mencari kader dan membidik para ahli agama untuk mempropagandakan jaringan mereka. Mula-mula mereka mennyampaikan materi keagamaan sebagaimana biasanya dan setelah semakin banyak pengikut akan di cuci otak pengikut dengan doktrin yang sangat ampuh meluluhkan logika keimanan seseorang. Kebanyakan pengikut sebenarnya masih bisa melepaskan diri dari jaringan mereka jika masih dalam tahap mengikut kajian namun bila sudah masuk dan terikat baiat maka mau tidak mau nyawa mereka akan jadi taruhan pilihannya mereka meledekakan diri atau dibunuh sia-sia oleh kelopok mereka.

Secara akal sehat bagaimana mungkin jaringan mampu mempengaruhi orang banyak untuk masuk dan mengikuti semua perintah mereka ternyata kuatnya doktrin dan semua kebencian terhadap pemerintahan yang sah melahap semua nurani dan akal yang dimiliki oleh jamaahnya. Termasuk dalam kategori akut bila sudah terdoktrinisasi oleh jaringan teror karena dalam kepala mereka pahala yang besar sedang menanti mereka dan negara akan damai bila dipimpin oleh kelompok mereka. Ajaran agama bila dibumbui dengan kebencian yang membabi buta akan melahirkan para manusia ganas yang akan menghabisi sesamanya seperti singa yang lapar akan melahap semua mangsanya dengan ganas.

Berbagai upaya untuk menindak lanjuti jaringan teror yang membahayakan ini telah diusahakan oleh aparat keamanan khususnya densus 88 Anti Teor yang baru baru ini mengungkap sel aktif kelompok teror di balik bom Astana Anyar. Dengan rangkaian yang panjang muncullah nama S alias supri yang merupakan pembuat bom Astana Anyar yang beberapa kali menyerahkan bom dalam keadaan semi terurai kepada alm agus di boyolali atau mengantarkan sendiri ke jawa barat. Secara bertahap Agus merakit bom berdasarkan panduan langsung untuk kemudian Polsek Astana Anyar. Bahkan yang mencengangkan Aksi S dan kelompoknya (tersangka T,A dan P) masih berencana untuk membuat aksi-aksi bom lainnya. Dari bukti yang didapat memang terdapat rangkaian bom yang disiapkan untuk diledakkan di beberapa tempat.

Sosialisasi faham Teroris dari Aparat

Jika jaringan teroris benar ancaman yang utama yang bergerak dari bawah alias dari masyarakat tentu mencegah dan memberantas nya di awali adri pemantauan dan sosialisasi bahayanya faham teror ini. Masyarakat bagian dari lapisan yang bisa memonitor gerak gerik yang terjadi dari pada aparat yang terbatas pada garis kerja yang membatasi, namun bila diberikan tugas pada tokoh masyarakat atau perangkat di lingkungan pemukiman baik padat atau yang lengang akan memudahkan pencegahan secara humanis. Pemanfaatan alim aulama dan budayawan serta pegiat media sosial juga turut mempercepat hilangnya pengaruh jaringan karena telah terbatas gerak langkah mencari kader di manapun mereka tinggal.

Salah satu elemen penting yang harus diberdayakan ialah para pemuda, mereka memiliki kemapuan dan pemikiran yang masih cemerlang bila tidak dimanfaatkan justru akan diambil oleh jaringan teror untuk ditumbalkan. Darah muda memang masih bisa diombang ambing oleh siapapun yang mempengaruhinya maka harus dengan segera pemerinath melalui aparat mensosialisasikan dampak serta mengetahui jaringan teror yang berkeliaran disekitaran mereka.

Memperketat Penjagaan Perbatasan Negara Dan Daerah

Jaringan teror seolah lancar menjalankan misinya merakit , merekrut, mengumpulkan dana, hingga mencari informasi ke atas. Cara yang harus digunakan untuk memperlihatkan kedaulatan negara atas rakyatnya dari paparan faham menyimpang ialah, menjaga dari seluruh perbatasan negara agar tidak ada yang bisa keluar masuk tanpa ada pemiksaan yang ketat dan meminimalisir adanya orang luar masuk membantu pergerakan teroris di Indonesia. Langkah selanjutnya ialah menetapkan aturan di daerah untuk mengecek dan memeriksa setiap orang baik identitas atau keperluan yang akan ia lakukan. Pergerakan yang yang diawasi ketat yang semakin mempersempit ruang gerak jaringan ini dan akan lebih mudah negara mengenali dan memetakan wilayah yang berpotensi muncul jaringan atau bahaya lainnya.

Tindakan bahaya lain akan mudah dukoordinasikan bila ada pengawasan yang ketat hingga masyarakat merasa aman dari faham ekstrem yang akan mengancam keberlangsungan generasi mendatang. Penjagaan dimaksud bukan berarti membatasi kebebasan masyrakat bergerak namun tetap melihat dan mengetahui pergerakan masyarakat bahkan sampai ke pelosok sekalipun. Sebab dengan sulitnya melacak hingga ke pelosok negeri digunakan oleh kelopok ini mengkader dan mempersiapkan rangkaian bom yang akan mereka ledakkan. Terlebih dahulu pemerintah harus menyiapkan peralatan atau berbagai eperluan yang memadai untuk dapat menjangkau daerah yang terujung, terluar atau pelosok dengan begitu tanpa datang ke tempat tersebut akan dapat diketahui kondisi situasi yang terjadi didaerah tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Admin :
RBsatu