Piladang, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota – Selasa, 22 April 2025

Pensiun bukanlah akhir dari pengabdian. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh AKBP Russirwan, S.H., mantan Wakapolres yang kini memilih jalur baru,menjadi petani sekaligus pemberdaya masyarakat.

Usai menanggalkan seragam dinas, Russirwan tak tinggal diam. justru turun langsung ke lapangan, menyewa lahan tidur di Nagari Piladang, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, dan menyulapnya menjadi kebun sayur serta kolam ikan. Tak sendiri, menggandeng warga sekitar untuk bersama-sama membangun harapan baru melalui pertanian.

“Setelah pensiun, kita harus tetap aktif Bertani itu bukan hanya menyehatkan, tapi juga menenangkan jiwa dan memperkuat ekonomi keluarga. Yang lebih penting, ini bagian dari mendukung ketahanan pangan nasional, sesuai arahan Presiden Prabowo,” ujarnya.

Lima tahun menekuni dunia pertanian membuat lahan garapan Russirwan kini dipenuhi tanaman tomat, mentimun, buncis, hingga budidaya ikan air tawar. Lebih dari itu, membuka lapangan kerja bagi warga yang sebelumnya menganggur.

“Kalau dapur masyarakat sudah ngebul, keamanan pun ikut stabil. Orang yang bekerja dan punya penghasilan tentu berpikir dua kali untuk melanggar hukum,” jelasnya.

Meski begitu, perjalanan ini tidak selalu mulus. mengaku menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cuaca tak menentu hingga keterbatasan bibit unggul. Untuk itu, Russirwan berharap dukungan nyata dari pemerintah daerah.

“Kami sangat berharap Pemerintah Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota bisa lebih hadir di tengah petani. Semangat kami besar, tapi sering terkendala di permodalan, bibit unggul, dan pembinaan teknis. Kalau ini diperhatikan, Sumatera Barat bisa jadi pusat produksi pangan yang mandiri dan berdaya saing,” tegasnya.

menambahkan, masih banyak lahan tidur yang dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan bersama. Dengan dukungan konkret dari pemerintah, sektor pertanian bisa menjadi pilar ekonomi baru yang kuat dan berkelanjutan.

Kisah Russirwan menjadi pengingat bahwa pengabdian tak selalu harus berseragam. Melalui tanah dan air, kontribusi nyata terus mengalir untuk masyarakat, daerah, dan seluruh Indonesia.